Jumat, 23 Oktober 2015

Filled Under: , ,

CERITA SEJARAH KUDA RENGGONG

Salah satu kesenian yang sering dijumpai di kabupaten Sumedang adalah kuda renggong.Kuda renggong ini masih sangat dilestarikan oleh masyarakat sekitarnya.Berdasarkan sejarah lahirnya kesenian Kuda Renggong di Kabupaten Sumedang, kesenian itu mulai muncul sekitar tahun 1910.
Awalnya, Pangeran Aria Suriaatmaja, yang memerintah Kabupaten Sumedang selama 37 tahun (1882-1919) berusaha untuk memajukan bidang peternakan. Pangeran Suriaatmaja sengaja mendatangkan bibit kuda unggul dari pulau Sumba dan Sumbawa. Selain digunakan sebagai alat transportasi bangsawan, pada masa tersebut kuda juga sering difungsikan sebagai pacuan kuda dan alat hiburan.
Sekitar tahun 1880-an ada seorang anak laki-laki bernama Sipan yang merupakan anak dari Bidin, yang tinggal di Dusun Cikurubuk, Desa Cikurubuk Kec. Buahdua Sumedang kelahiran tahun 1870. Sipan mempunyai kebiasaan mengamati tingkah laku kuda-kuda miliknya yang bernama si Cengek dan si Dengkek. Dari pengamatannya , ia menyimpulkan bahwa kuda juga dapat dilatih untuk mengikuti gerakan-gerakan yang diinginkan oleh manusia.
Kemudian, ia pun mulai melatih si Cengek dan si Dengkek untuk melakukan gerakan-gerakan seperti: lari melintang , gerak lari ke pinggir seperti ayam yang sedang birahi, gerak langkah pendek namun cepat, melangkah cepat, gerakan kaki seperti setengah berlari, dan gerak kaki depan cepat dan serempak seperti gerakan yang biasa dilakukan oleh kuda pacu. Cara yang digunakan untuk melatih kuda agar mau melakukan gerakan-gerakan tersebut adalah dengan cara memegang tali kendali kuda dan mencambuknya dari belakang kuda agar mengikuti irama musik yang diperdengarkan. Latihan dilakukan selama berbulan-bulan dan rutin hingga kuda menjadi terbiasa dan setiap mendengar musik pengiring ia akan menari dengan sendirinya.
Melihat keberhasilan Sipan dalam melatih kuda-kudanya ‘ngarenggong’ (Kata renggong adalah metatesis dari ronggeng yang artinya gerakan tari berirama dengan ayunan (langkah kaki) yang diikuti oleh gerakan kepala dan leher) membuat Pangeran Aria Surya Atmadja menjadi tertarik dan memerintahkannya untuk melatih kuda-kudanya yang didatangkan langsung dari Pulau Sumbawa. Dan, dari melatih kuda-kuda milik Pangeran Aria Surya Atmadja inilah akhirnya Sipan dikenal sebagai pencipta kesenian Kuda Renggong.
Setelah Sipan meninggal dunia di usia 69 tahun (1939), keahliannya melatih kuda menari diturunkan kepada putranya bernama Sukria.
Lalu, keahlian melatih kuda tersebut, secara turun temurun terus berlanjut dan berkembang hingga ke generasi-generasi pelatih kuda saat ini. Dalam perjalanannya, kesenian tersebut mengalami berbagai modifikasi yang bertujuan menambah daya tariknya terutama dalam penggunaan properti. Hingga saat ini Kuda Renggong memiliki dua kategori bentuk pertunjukan, antara lain meliputi pertunjukan Kuda Renggong di desa/pemukiman dan pada festival.

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © 2015 Dedi Irawan. Designed by Templateism