Sabtu, 17 Oktober 2015

Filled Under: , ,

SEJARAH DAYEUH LUHUR



     Dayeuh Luhur terletak di Kecamatan Ganeas, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Sejarah Dayeuh Luhur sangatlah erat hubungannya dengan sejarah kerajaan sumedang.
     Makna dari nama Dayeuh Luhur berarti kota tinggi, tapi dalam sebuah sejarahnya daerah ini dinamakan Dayeuh Luhur karena dahulu ketika terjadi perselisihan antara Cirebon dengan Sumedang, Prabu Geusan Ulun tidak ingin banyak keluarganya yang menjadi korban, hingga beliau membuat kerajaan di pucuk gunung yang tinggi yang tidak memungkinkan untuk diserang oleh Cirebon. Karena waktu itu daerah itu belum memiliki nama sehingga abi dalem kerajaan memberikan nama untuk daerah ini yaitu Dayeuh Luhur yang dimana asal katanya dari Dayeuh yang berarti kota atau yang dimaksud orang kota, dan kata luhung yang artinya banyak yang datang, tapi kemudian kata luhung ini diganti menjadi Luhur karena daerah ini teradapat di pucuk gunung yang tinggi. Sehingga arti yang di maksud dari nama Dayeuh Luhur  yaitu, banyak orang kota yang mendatangi pucuk gunung.
     Di Dayeuh Luhur ini banyak meninggalkan sejarah tentang kerajaan sumedang karena kerajaan sumedang berpindah ke daerah Dayeuh Luhur dan ketika raja pajajaran yang terakhir yaitu Raden Kean Santang menjabat menjadi raja, beliau malah menyerahkan kerajaannya kepada kerajaan sumedang dan beliau sendiri menyebarkan agama islam ke luar kota, tak hanya itu di daerah ini pun terdapat gunung Rengganis yang menjadi tempat peristirahatan Embah Jaya Perkasa, dan banyak peninggalan bersejarah seperti tongkat Embah Jaya Perkasa yang berukuran panjang 1,8 m dan memiliki diameter 60 cm, serta terdapat tiga makam utama yaitu makam dari Embah Jaya Perkasa, Prabu Geusan Ulun, dan Ratu Harisbaya.
     Dayeuh luhur juga memiliki peraturan atau larangan, jika akan mengunjungi makam-makam tidak diperbolehkan untuk memakai batik karena sebuah ucapan yang pernah diucapkan oleh Embah Jaya Perkasa yang sedang krisis dengan Cirebon ucapannya “ jangan kenakan pakaian atau barang yang dibuat oleh Cirebon untuk mendatangi saya!”, karena itu batik tidak boleh dikenakan karena merupakan suatu perusahaan khas Cirebon.


Narasumber: Bapa Dudu Bin Natawirya (kuncen Dayeuh Luhur).

Penyusun:
    1. Asep Niki
    2. Dede Eka Nurkamilah
    3. Moch. Sugih
    4. Nenden Bhakti S
    5. Siti Nurjanah
(Kel. 5 - XII R4 - SMK Informatika Sumedang)

1 komentar:

  1. Menurut saya cerita tersebut terlalu singkat,namun jelas akan maksud yang penulis susun dan sangat berpengaruh bagi pembaca untuk lebih mengetahui cerita tersebut.

    BalasHapus

Copyright © 2015 Dedi Irawan. Designed by Templateism