Salah satu
kesenian yang sering dijumpai di kabupaten Sumedang adalah kuda renggong.Kuda renggong
ini masih sangat dilestarikan oleh masyarakat sekitarnya.Berdasarkan sejarah
lahirnya kesenian Kuda Renggong di Kabupaten Sumedang, kesenian itu mulai
muncul sekitar tahun 1910.
Awalnya, Pangeran Aria Suriaatmaja,
yang memerintah Kabupaten Sumedang selama 37 tahun (1882-1919) berusaha untuk
memajukan bidang peternakan. Pangeran Suriaatmaja sengaja mendatangkan bibit
kuda unggul dari pulau Sumba dan Sumbawa. Selain digunakan sebagai alat
transportasi bangsawan, pada masa tersebut kuda juga sering difungsikan sebagai
pacuan kuda dan alat hiburan.
Sekitar tahun 1880-an ada seorang
anak laki-laki bernama Sipan yang merupakan anak dari Bidin, yang tinggal di
Dusun Cikurubuk, Desa Cikurubuk Kec. Buahdua Sumedang kelahiran tahun 1870.
Sipan mempunyai kebiasaan mengamati tingkah laku kuda-kuda miliknya yang
bernama si Cengek dan si Dengkek. Dari pengamatannya , ia menyimpulkan bahwa
kuda juga dapat dilatih untuk mengikuti gerakan-gerakan yang diinginkan oleh
manusia.
Kemudian, ia pun mulai melatih si
Cengek dan si Dengkek untuk melakukan gerakan-gerakan seperti: lari melintang ,
gerak lari ke pinggir seperti ayam yang sedang birahi, gerak langkah pendek
namun cepat, melangkah cepat, gerakan kaki seperti setengah berlari, dan gerak
kaki depan cepat dan serempak seperti gerakan yang biasa dilakukan oleh kuda
pacu. Cara yang digunakan untuk melatih kuda agar mau melakukan gerakan-gerakan
tersebut adalah dengan cara memegang tali kendali kuda dan mencambuknya dari
belakang kuda agar mengikuti irama musik yang diperdengarkan. Latihan dilakukan
selama berbulan-bulan dan rutin hingga kuda menjadi terbiasa dan setiap
mendengar musik pengiring ia akan menari dengan sendirinya.
Melihat keberhasilan Sipan dalam
melatih kuda-kudanya ‘ngarenggong’ (Kata renggong adalah
metatesis dari ronggeng yang artinya gerakan tari berirama dengan ayunan
(langkah kaki) yang diikuti oleh gerakan kepala dan leher) membuat Pangeran
Aria Surya Atmadja menjadi tertarik dan memerintahkannya untuk melatih
kuda-kudanya yang didatangkan langsung dari Pulau Sumbawa. Dan, dari melatih
kuda-kuda milik Pangeran Aria Surya Atmadja inilah akhirnya Sipan dikenal
sebagai pencipta kesenian Kuda Renggong.
Setelah Sipan meninggal dunia di usia 69 tahun (1939), keahliannya melatih kuda menari diturunkan kepada putranya bernama Sukria.
Setelah Sipan meninggal dunia di usia 69 tahun (1939), keahliannya melatih kuda menari diturunkan kepada putranya bernama Sukria.
Lalu, keahlian melatih kuda
tersebut, secara turun temurun terus berlanjut dan berkembang hingga ke
generasi-generasi pelatih kuda saat ini. Dalam perjalanannya, kesenian tersebut
mengalami berbagai modifikasi yang bertujuan menambah daya tariknya terutama
dalam penggunaan properti. Hingga saat ini Kuda Renggong memiliki dua kategori
bentuk pertunjukan, antara lain meliputi pertunjukan Kuda Renggong di
desa/pemukiman dan pada festival.
" You can get a lot of inspiration from this page, also visit my website
BalasHapusSAGATOTO"