Sejarah Gunung Tampomas
Gunung
Tampomas adalah sebuah gunung berapi yang terletak di Jawa Barat, tepatnya
sebelah utara kota Sumedang (6,77°LS 107,95°BT). Stratovolcano dengan
ketinggian 1684 meter ini juga memiliki sumber air panas yang keluar di daerah
sekitar kaki gunung. Gunung Tampomas termasuk dalam area Taman Wisata Alam
Gunung Tampomas. Taman Wisata Alam Gunung Tampomas masuk Kecamatan Buahdua,
Congeang, Sidang kerta dan Cibereum Kabupaten Sumedang. Keadaan Taman Wisata
ini bergunung-gunung dengan ketinggian antara 625-1.685 meter di atas permukaan
laut dan seluas 1 Ha. Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, iklim di gunung
Tampomas temasuk iklim tipe B dengan curah hujan rata-rata 3.158 mm per tahun.
Puncak Gunung Tampomas disebut Sangiang Taraje. Lokasi ini sangatlah keren
karena dari puncak kita bisa melihat pemandangan alam yang indah ke arah
Sumedang dan sekitarnya. Ada juga lubang-lubang bekas kawah dan batu-batu besar
berwarna hitam yang menambah keindahan lokasi ini bagi yang bisa melihatnya.
Badan gunung ini dikellingi oleh 5 kecamatan (Cimalaka, Paseh, Conggeang,
Buahdua dan Tanjungkerta). Masing-masing kecamatan memiliki air terjun dan
beberapa mata air. Keistimewaan dari wilayah Sumedang ini adalah mempunyai
sebuah gunung yang nunggal jadi tidak heran kalau Gunung Tampomas itu sangat
dikeramatkan. Asal nama Sumedang adalah Su -Medang-Larang. Su berarti bagus,
sae, elok. Medang berarti wilayah yang bersinar, tempat yang bercahaya, terang,
caang, madangan. Larang berarti mahal, tiada bandingannya.
Memasuki
abad ke-XVIII, gunung tersebut akan meletus bahkan penduduk di sekitarnya
diguncang gempa. Pangeran Sumedang datang ke gunung tersebut untuk melakukan deteksi
kebatinan, dengan menancapkan keris pusaka Kujang Emas ditengah-tengah
puncaknya. Kemudian setelah itu dari perut gunung mengeluarkan aip panas yang
mengalir ke kawasan Conggeang dan sekitarnya.Sejak itu pula gunung tersebut
dikenal dengan Gunung Tampomas, diambil dari perkataan “tanpa kujang emas) akan
meletus.
Semula gunung Tampomas bernama gunung Gede dan sebelumnya bernama gunung Geulis. Namun orang Indramayu yang mengkeramatkan gunung tersebut menyebutnya dengan Gunung Tampomas. Tampomas berasal dari kata Tampo Emas yang berarti yang menerima emas (berupa senjata pustaka yang terbuat dari logam mas yang disebut dengan Pendok Mas yang disimpan di Puncak gunung dengan cara supranatural agar gunung itu tidak meletus maka alhasih Conggeang sebagai buangan gas dan air panas dari dalam perut gunung). Menurut sejarah gunung Tampomas dulunya sering meletus dan berakibat masyarakat sekitar gunung menderita.
Semula gunung Tampomas bernama gunung Gede dan sebelumnya bernama gunung Geulis. Namun orang Indramayu yang mengkeramatkan gunung tersebut menyebutnya dengan Gunung Tampomas. Tampomas berasal dari kata Tampo Emas yang berarti yang menerima emas (berupa senjata pustaka yang terbuat dari logam mas yang disebut dengan Pendok Mas yang disimpan di Puncak gunung dengan cara supranatural agar gunung itu tidak meletus maka alhasih Conggeang sebagai buangan gas dan air panas dari dalam perut gunung). Menurut sejarah gunung Tampomas dulunya sering meletus dan berakibat masyarakat sekitar gunung menderita.
Diceritakan,
Gunung Gede yang ada di Sumedang mengeluarkan suara yang menyeramkan.Suaranya
bergemuruh, dari puncaknya keluar asap bercampur debu yang menyala-nyala, dan
sepertinya gunung ini akan meletus. Rakyat Sumedang ketika itu sangat-sangat
kaget dan ketakutan melihatnya dan berfikir bagaimana jadinya jika Gunung Gede
itu benar-benar meletus ? Tidak diketahui siapa Bupati yang menjabat waktu itu,
tapi yang pasti bupati tersebut sangat sayang dan welas asih kepada rakyatnya
serta bijaksana. Walau belum ada rakyat yang melapor, sebenarnya beliau telah
mengetahui bagaimana kedaan rakyatnya yang diliputi kegelisahan saat itu, dan
beliau tidak berhenti memutar otak dan berpikir keras agar bisa menyelamatkan
rakyatnya.
Didorong oleh rasa sayang kepada rakyatnya itu, beliau lalu menyepi di satu kamar, bersemedi memohon petunjuk dari paradewa, siapa tahu dengan begitu beliau bisa menghadap ke Yang Tunggal, diberi petunjuk untuk menyelamatkan rakyatnya. Dengan kesungguhannya berdoa, Alhamdulillah, maksud Kanjeng Bupati kesampaian. Pada suatu malam, Kanjeng Bupati bermimpi didatangi seorang kakek, kakek-kakek tersebut memakai pakaian serba putih dan berbicara dengan sangat jelas "Cucuku yang tampan dan gagah, Eyang sudah tahu bagaimana kebingungan serta kegelisahanmu, Eyang ingin membantu agar rakyat cucuku bisa lepas dari ketakutan dan kekhawatirannya. Gunung Gede harus ditumbal oleh keris pusaka kepunyaan Cucuku yang terbuat dari emas. Dan Eyang titip, cucu jangan merasa sayang dan menyesal (telah menumbalkan keris emas), nah begitu saja dari Eyang". Setelah berkata demikian, kakek tersebut langsung menghilang dari mimpi Kanjeng Bupati...setelah diterimanya ilapat atau wejangan tersebut, Kanjeng Bupati bergegas keluar dari kamar dan membawa keris pusaka miliknya. Beliau langsung berangkat menuju ke puncak Gunung Gede, beliau sigap dan terlihat terburu-buru karena takut Gunung Gede keburu meletus...walaupun rakyatnya saat itu sedang dilanda kebingungan, tapi ketika menyaksikan Bupatinya berangkat ke puncak gunung mereka tidak berdiam diri, mereka tidak tega Bupati pergi seorang diri...dan akhirnya mereka pun meyertai kepergian Bupati ke puncak Gunung Gede. Setibanya di puncak Gunung Gede, Kanjeng Bupati tidak berlama-lama...keris emas yang digenggamnya langsung dilemparkannya ke kawah Gunung Gede, rakyat yang dari tadi mengikutinya hanya bisa melongo dan tidak percaya, karena mereka tahu keris tersebut adalah keris kesayangan Kanjeng Bupati. Ketika keris tersebut sudah berada dalam kawah Gunung Gede, seketika itu juga suara yang tadinya menggelegar angker menakutkan langsung hilang seketika. Bumi yang bergetar seolah gempapun langsung hilang tak terasa lagi getarannya. Seketika rakyat langsung bersorak bersuka cita dan langsung sujud kepada Kanjeng Bupati sebagai tanda terima kasih dan semua berikrar akan setia kepadanya, ikrar tersebut diterima oleh Bupati dengan haru dan sikap rendah hati...hatinya gembira karena bisa menghindarkan rakyatnya dari bencana.
Didorong oleh rasa sayang kepada rakyatnya itu, beliau lalu menyepi di satu kamar, bersemedi memohon petunjuk dari paradewa, siapa tahu dengan begitu beliau bisa menghadap ke Yang Tunggal, diberi petunjuk untuk menyelamatkan rakyatnya. Dengan kesungguhannya berdoa, Alhamdulillah, maksud Kanjeng Bupati kesampaian. Pada suatu malam, Kanjeng Bupati bermimpi didatangi seorang kakek, kakek-kakek tersebut memakai pakaian serba putih dan berbicara dengan sangat jelas "Cucuku yang tampan dan gagah, Eyang sudah tahu bagaimana kebingungan serta kegelisahanmu, Eyang ingin membantu agar rakyat cucuku bisa lepas dari ketakutan dan kekhawatirannya. Gunung Gede harus ditumbal oleh keris pusaka kepunyaan Cucuku yang terbuat dari emas. Dan Eyang titip, cucu jangan merasa sayang dan menyesal (telah menumbalkan keris emas), nah begitu saja dari Eyang". Setelah berkata demikian, kakek tersebut langsung menghilang dari mimpi Kanjeng Bupati...setelah diterimanya ilapat atau wejangan tersebut, Kanjeng Bupati bergegas keluar dari kamar dan membawa keris pusaka miliknya. Beliau langsung berangkat menuju ke puncak Gunung Gede, beliau sigap dan terlihat terburu-buru karena takut Gunung Gede keburu meletus...walaupun rakyatnya saat itu sedang dilanda kebingungan, tapi ketika menyaksikan Bupatinya berangkat ke puncak gunung mereka tidak berdiam diri, mereka tidak tega Bupati pergi seorang diri...dan akhirnya mereka pun meyertai kepergian Bupati ke puncak Gunung Gede. Setibanya di puncak Gunung Gede, Kanjeng Bupati tidak berlama-lama...keris emas yang digenggamnya langsung dilemparkannya ke kawah Gunung Gede, rakyat yang dari tadi mengikutinya hanya bisa melongo dan tidak percaya, karena mereka tahu keris tersebut adalah keris kesayangan Kanjeng Bupati. Ketika keris tersebut sudah berada dalam kawah Gunung Gede, seketika itu juga suara yang tadinya menggelegar angker menakutkan langsung hilang seketika. Bumi yang bergetar seolah gempapun langsung hilang tak terasa lagi getarannya. Seketika rakyat langsung bersorak bersuka cita dan langsung sujud kepada Kanjeng Bupati sebagai tanda terima kasih dan semua berikrar akan setia kepadanya, ikrar tersebut diterima oleh Bupati dengan haru dan sikap rendah hati...hatinya gembira karena bisa menghindarkan rakyatnya dari bencana.
Semenjak
saat itu, Gunung Gede tersebut disebut dengan nama Gunung Tampa Emas (menerima
emas) oleh penduduk sekitar, dan seterusnya pengucapannya berubah jadi
"Gunung Tampomas".
Kelompok 2
- · Ajeng Kartini
- · Linlin Herlina
- · Sayid Adha
- · Septi Handarini
- · Yulia Jayanti
Reorientasinya terlalu sedikit
BalasHapusDan seharusnya reorientasinya di tambahkan lagi agar kesimpulan dari cerita sejarah tersebut lebih jelas.
BalasHapusmenurut saya cerita faktanya belum paham ??
BalasHapusmksd saya apakah ini fakta atau dongeng dari masyarakat setempat ??
BalasHapus