Kelompok 2 XII-RPL-(II)
1 Ahmad yusup Saepudin
2 Hilman Setiawan
3 Mulyani
4 Silvy Lestiawati
5 Tadjudin
SENI TRADISIONAL TARAWANGSA
A. Asal Mulanya :
Daerah Rancakalong merupakan daerah yang jauh dari Kota Kabupaten, kira-kira 15 kilometer, dari Kabupaten Sumedang.
Tetapi dalam bidang Seni Jentreng (Tarawangsa) banyak yang ingin tahu terutama dewasa ini seperti mahasiswa jurusan Seni Tari, Karawitan, Siswa SMU, SMP juga SD.
karena berhubungan dengan muatan lokal. seniman-seniman luar negeri pun banyak bahkan lebih cermat dalam mengamati, kesenian Tarawangsa
dalam kegiatan Ngalaksa, Mubur Suro, Mapag Ibu dan sebagainya.
Dalam hal ini kami akan memaparkan secara singkat menurut cerita para tokoh-tokoh terdahulu yang cukup makan garam dalam sejarah ini,
sebagai berikut : Daerah Rancakalong semasa pemerintahan Kerajaan Mataram kira-kira abad 15 atau 16 pernah ditimpa malapetaka kehilangan bibit padi atau Dewi Sri, pada waktu itu padi banyak yang tidak jadi bahkan yang jadi pun berbuah tapi tidak berisi (hapa), kejadian
ini menurut tutur kata para tokoh masyarakat bahwa masyarakat tani sudah merupakan pada tata tertib memuliakan padi (Dewi Sri).masyarakat gelisah dan panik menghadapi hal ini bagaimana kelanjutannya dari mana dan dimana ada bibit padi, para pemuka masyarakat
seperti Embah Wisanagara, Embah Jatikusuma, Embah Raksagama, Embah Wirasuta, mendengar dan melihat banyak masyarakat kelaparan, yang meninggal duniapun banyak, oleh karena itu Embah Jatikusuma segera mengadakan musyawarah untuk menentukan keberangkatan mencari bibit padi
karena mendengar kabar ada di kerajaan Mataram.
pada waktu keberangkatan disertai utusan dari Sumedang yaitu Nyai Sumedang entah berapa lamanya sampailah ketempat tujuan.Sampai disana mendapat kendala yang sangat sulit dipecahkan, sebab bibit padi dijaga dengan ketat tidak boleh keluar dari
Kerajaan Mataram,dengan singkat Embah Jatikusuma membuat alat seni yang disebut Tarawangsa, yang lima orang tersebut diatas segera mementaskan seninya dengan berkeliling (ngamen). kesekeliling masyarakat disanan banyak yang menanyakan seni apa ini namanya, dijawab dengan
rayuan bahwa seni ini untuk memuliakan Dewi Sri (padi), lama-kelamaan terdengar oleh Raja Mataram kemudian dipanggil dan harus dipentaskan dan dengan mudah segala yang dibutuhkan disediakan termasuk bibit padi.
Keterampilan membuahkan keuntungan mereka dapat memasukan bibit padi kedalam lubang kecapi dan tarawangsa, selesai pertunjukan minta izin pulang dan diantar oleh petugas kerajaan dengan tidak mengalami hambatan apapun. pulangnya melalui jalur Demak, Kudus, Solo,
Cirebon, sayangnya sesampai di Solo Nyai Sumedang meninggal dunia sampai sekarang makamnya ada di solo. selanjutnya yang empat orang melanjutkan perjalanan, kembali ke Rancakalong
sampai di kampung Rancakalong, dan disambut masyarakat dengan meriah karena keberhasilannya membawa bibit padi dengan selamat. sampai sekarang pun tidak melupakan tradisi penghormatan
terhadap Dewi Sri(padi).
B. Buku Tahun :
Yang disebut buku tahun ialah melaksanakan upacara rasa syukur kepada Allah SWT dan mementaskan Jentreng/Tarawangsa
untuk menghormati Dewi Sri setelah selesai panen.
C. Upacara Adat:
1. Ngalungsurkeun
2. Netes
3. Nema Paibuan
4. Hiburan ibu-ibu dan hiburan laki-laki
5. Pohaci (icikibung)
6. Nginep
7. Tutup/Doa
D. Pelaksana Upacara:
Penabuhan dua orang,Kecapi dan Tarawangsa.
Pelaku: satu orang laki-laki (saehu) satu orang perempuan (saehu) dan empat orang pembantu wanita.
E. lagu-lagu:
1.Saur
2.Pamapag
3.Pangapungan
4.Pangameut
5.Limbangan (badud)
6.Angin-angin
7.Jemplang
8.Sirnagalih
9.Keupat Endang
10.Pengairan
11.Koromong
12.Dengdo
13.Reundeu
14.Bangun
15.Mataraman
16.Degung
F.Kelengkapan:
1.Totopong Hideung
2.Takwa Hideung
3.Samping Perangantakusumah
4.Keris Pusaka
5.Empat selendang putih,merah,hijau,kuning
6.Renda
7.Sisir
8.Kaca
9.Gelang
10.Dua mata uang logam
Sesajen:
1.Dua bakakak (bakar ayam)
2.Panggang bakar ikan mas
3.Puncak Manik
4.Nasi liwet
5.Satu pinggan beras putih dan telur ayam mentah
6.Satu nyiru makanan seperti:
bubur beureum bodas,kupat dupi tangtang angin,opak,wajit,angleng,kolontong,bubuahan rupa-rupa,
rurujakan: rujak cau,kalapa,asem,cuing,cikopi,hanjuang,hihid,satubaki rupa-rupa kembang,
minyak kalapa,menyan,satu pinggan air dan satu pinggan besar pakai tektek untuk netes dan pohaci.
Semuanya disimpan di atas kain putih.kekurangannya dapat ditambahkan.
PENJELASAN
Seni tradisional jentreng:kegiatan seni budaya milik masyarakat Rancakalong yang tidak ada di daerah lain. Adat tradisional Ngalaksa:
Kegiatan budaya masyarakat yang ritual sama tidak ada di daerah lain. Caranya pembuatan laksa berupa makanan yang bahannya dari tepung beras,melalui beberapa tahap,tahap pertama pemberitahuan(bewara),tahap kedua pengumpulan bahan
berupa padi,tahap ketiga pembagian bahan seperti: kesatu untuk bahan laksa, kedua untuk makan, ketiga untuk belanja dan keempat cadangan. Tahap keempat penumbukan secara kasar,tahap kelima mencuci beras,tahap keenam menyimpan beras
hasil di cuci dipajemuhan selama tiga hari tiga malam,bila telah jadi baru di tumbuk lagi dijadikan tepung,selanjutnya diolah sampai jadi laksa.Setelah jadi laksa dibagikan oleh rurukan kesemua yang hadir dan yang ikut andil bahan,
selesai langsung diadakan penutupan.
BUKU TAHUN : Menggambarkan kegembiraan masyarakat petani dan rangka syukuran kepada allah SWT beserta hiburan Seni Jentreng, pada waktu selesai panen (Rumpak Jarami Ampih Pare).
MAPAG IBU : Menjemput padi bila telah selesai pemeliharaan, penjemuran untuk disimpan kedalam gudang (leuit), acaranya dalam penjemputan dengan iringan masyarkat yang di undang, Rengkong dan Dogdog,Beluk,Sampiran,Umbul-umbul dan sebagainya.
Dirumah disediakan rombongan Seni Tarawangsa (Jentreng).
Jaman dahulu padi yang ditanam kebanyakan padi Ranggeuyan,sedangkan padi Segon tidak banyak.
Pengolahan padi Ranggeuyan dibuat sebagai berikut:
Eundanan, Dugel dua, Dugel tiga, Dugel empat, Dugel lima, Dugel enam, Dugel tujuh, Dugel delapan,
Dugel sembilan. Hal ini melambangkan kita sebagai umat islam harus melaksanakan perintah Allah SWT yaitu Sholat yang lima waktu.Seni budaya ini dapat dipentaskan pada waktu selamatan:buku tahun, khitanan, perkawinan,
selamatan rumah dan selamatan kampung.