Sejarah Museum Prabu Geusan Ulun Sumedang
Museum Prabu Geusan Ulun
adalah museum tempat peninggalan benda-benda bersejarah dan barang – barang
pusaka Leluhur Sumedang peninggalan Raja – raja Sumedang Larang yang memerintah
pada saat itu. Museum Prabu Geusan Ulun terletak di tengah kota Sumedang, 50
meter dari alun – alun Sumedang ke sebelah selatan, berdampingan dengan Gedung
Bengkok atau Gedung Negara dan berhadapan dengan Gedung – gedung Pemerintah.
Awalnya kumpulan benda –
benda pusaka peninggalan Raja – raja Sumedang Larang tersebut disimpan di
“Yayasan Pangeran Sumedang” (YPS) sejak tahun 1955 sebagai lembaga yang
mengurus, memelihara dan mengelola barang wakaf Kanjeng Pangeran Aria Soeria
Atmaja (PASA) Bupati Sumedang 1882-1919 untuk melestarikan benda – benda wakaf
tersebut. Yayasan Pangeran Sumedang (YPS) merencanakan untuk mendirikan sebuah
Museum karena sangat banyak sekali benda- benda peninggalan yang dapat
dijadikan untuk tujuan kegiatan museum sebagai upaya pengembangan kegiatan
Yayasan yang dapat bermanfaat bagi para warga Sumedang khususnya dan masyarakat
Sumedang pada umumnya.
Gagasan tersebut
ditanggapi dengan penuh keyakinan oleh keluarga kerajaan, maka direncanakanlah
pembuatan museum setelah diadakan persiapan yang matang dan terencana, tepatnya
tanggal 11 Nopember 1973 Museum Keluarga berdiri. Museum tersebut diberi nama
Museum Yayasan Pangeran Sumedang, dan dikelola langsung oleh Yayasan Pangeran
Sumedang. Museum Yayasan Pangeran Sumedang pada mulanya dibuka hanya untuk
dilingkungan para Warga keturunan dan seketurunan leluhur Pangeran Sumedang
saja. Seiring berjalannya waktu Museum Keluarga ini sangat strategis sekali,
karena letak Museum tepat di pusat kota Sumedang, berada dalam satu komplek
dengan kantor Pemerintah Daerah (PEMDA) Sumedang dan kantor Bupati Sumedang
yang bersebelahan dengan “Gedung Negara” adalah kantor dan tempat tinggal
Bupati Sumedang.
Pada tanggal 7-13 Maret
1974 di Sumedang diadakan Seminar Sejarah Jawa Barat yang dihadiri oleh para
ahli-ahli sejarah Jawa Barat. Dan salah satu hasil dari seminar sejarah Jawa
Barat tersebut dapat diputuskan dan ditetapkan untuk memberi nama Museum YPS,
diambil dari nama seorang tokoh yang karismatik yaitu Raja terakhir kerajaan
Sumedang Larang yang bernama “Prabu Geusan Ulun” yang memerintah dari tahun
1578-1601. Maka pada tanggal 13 Maret 1974 Museum YPS diberi nama menjadi
Museum Prabu Geusan Oeloen, kemudian nama museum diubah menjadi Museum Prabu
Geusan Ulun dengan ejaan baru agar generasi baru mudah dalam membacanya.
Gedung yang berada di Museum Prabu Geusan Ulun terdiri
dari:
Srimanganti
Didirikan pada tahun
1706, masa pemerintahan
Dalem Adipati Tanumaja dari tahun
1706 -
1709. Pendirian gedung
tersebut direncanakan oleh Pangeran Panembahan yang memerintah dari tahun
1656 -
1706, yang pernah diserbu
oleh laskar-laskar Cilikwidara cs dari pasukan gabungan
Banten.
Sejak selesai dibangun, maka pemerintahan pindah ke daerah baru yang disebut
Regol. Sejak itu Srimanganti dijadikan
gedung tempat tinggal dan kantor oleh para bupati tempo dulu. Sedangkan untuk
keluarga dibangun Bumi Kaler.
Gedung Bengkok / Gedung Negara
Halaman Gedung Bengkok cukup luas, di depan dibuat
taman-taman dan ditanami dengan pelbagai buah-buahan. Di bagian barat didirikan
Panggung
Gamelan untuk menyimpan
gamelan-gamelan kuno. Di bagian belakang sebelah barat, sekarang SMP Negeri 2
Sumedang memajang istal kuda dan tempat menyimpan kereta-kereta, diantaranya
Kereta Naga Paksi.
Sedangkan di belakang gedung dibuat kolam yang besar disebut Empang, yang
kedalamannya setinggi bambu dan berbentuk kerucut.
Empang
Di tepi Empang, dibangun Bale Kambang, tempat istirahat
bagi keluarga para Bupati dan Tamu-tamu Agung, sambil memancing ikan dengan
dihibur
Gamelan Buhun atau
Degung.
Masa pemerintahan
Pangeran Aria
Soeria Atmadja dari tahun
1882 -
1919, ikan yang ada di
Empang diganti dengan
Ikan Kancra, sehingga merupakan peternakan ikan Kancra yang
beratnya bisa mencapai 10 atau 15 kilogram. Ikan Kancra tersebut diambil setiap
bulan Mulud, untuk keperluan pesta
Maulid Nabi Muhammad SAW yang dibagikan
kepada fakir miskin dan sebagainya.
Bumi Kaler
Gedung Yayasan Pangeran Sumedang
Didirikan tahun
1955,
Yayasan Pangeran Sumedang yang mengelola
seluruh wakaf Pangeran Aria Soeria Atmadja dan Museum Prabu Geusan Ulun juga
makam-makam seperti :
·
Makam Gunung Puyuh
·
Makam Gunung Ciung Pasaran
Gede
·
Makam Gunung Lingga
·
Makam Dayeuh Luhur
·
Makam Manangga
·
Makam Panday
·
Makam Sunan Pada - Karedok
·
Makam Nyai Mas Gedeng Waru -
Cigobang
·
Makam Prabu Gajah Agung -
Cicanting, Kampung Sukamenak, Kecamatan Darmaraja
·
Makam Prabu Lembu Agung -
Cipaku, Kecamatan Darmaraja
Gedung Gendeng
Didirikan tahun
1850 dan dipugar tahun
1950. Gedung tersebut
aslinya dibuat dari :
·
Lantai merah
·
Dinding bilik
·
Tiang kayu jati
·
Atap genting
Tempat menyimpan barang-barang pusaka, senjata-senjata dan
gamelan kuno.
Gedung Gamelan
Didirikan tahun
1973 oleh Pemerintah
Daerah Sumedang atas sumbangan dari Gubernur
Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Bapak H.
Ali Sadikin.
Gedung tersebut diperuntukkan tempat menyimpan gamelan-gamelan dan tempat
berlatih tari-tarian.
Lumbung Padi
Semula Lumbung Padi terletak di luar benteng di tepi
Empang, demi keamanan kemudian dipindahkan ke dalam komplek di dalam benteng.
Lumbung tersebut dipergunakan tempat menyimpan padi hasil dari sawah-sawah
wakaf Pangeran Aria Soeria Atmadja Padi tersebut dipergunakan untuk menyumbang
wargi-wargi yang tidak mampu, sampai sekarang tercatat sejumlah 180 keluarga
yang disumbang, besarnya hampir 12 ton per bulan. Dan keperluan pemeliharaan
pusaka-pusaka, wakaf dan pelestarian seluruh wakaf Pangeran Aria Soeria
Atmadja.
Pada
tahun
1980, Pemerintah melalui Dinas Jawatan Permuseuman dan
Kepurbakalaan Kebudayaan Jawa Barat, mengulurkan tangan dan memugar Gedung
Srimanganti dan Bumi Kaler.
Pada
hari Rabu tanggal 21 April
1982, Direktur Jenderal
Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. DR. Haryati Soebadio,
meresmikan dan menyerahkan kedua bangunan yang selesai dipugar kepada Yayasan
Pangeran Sumedang dan bernaung di bawah Momenten Ordonnatie Nomor 19 Tahun
1931 (Staatsblad
Tahun 1931 Nomor 238).
Sumber :
Bapak Abdusukur
https://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Prabu_Geusan_Ulun
Penulis :
Kelompok 6-
Siti
Fathimah Nurul Hasanah
-
Listika Yeti Yulia
-
Ayu
Juliana
-
M.
Mahran
-
Deni